Rabu, 03 Juli 2013

Perkembangan Industri dan Pendapatan Daerah Kabupaten Bangkalan Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jembatan Suramadu


Abstrak
Pembangunan jembatan Suramadu diharapkan dapat menumbuhkan perekonomian di wilayah Madura. Setelah jembatan Suramadu dioperasikan, belum ada penelitian mengenai perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan. Sehingga perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu yang perlu dianalisis lebih lanjut sebagai suatu kajian.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui perkembangan industri Kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu. (2) mengetahui perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan dalam penelitian mendeksripsikan tentang perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu. Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknis analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan industri kecil di kabupaten Bangkalan mengalami peningkatan tiap tahun sebelum pengoperasian jembatan Suramadu, namun menurun pada tahun pertama setelah pengoperasian jembatan Suramadu. Di tahun berikutnya industri kecil di Bangkalan kembali mengalami peningkatan. Pendapatan daerah kabupaten Bangkalan terus mengalami peningkatan, sebelum pengoperasian jembatan Suramadu maupun setelah pengoperasian Suramadu. Saran bagi pemilik industri untuk lebih berinovasi dan bekerja sama dengan pedagang dalam memasarkan produk hasil industrinya. Bagi pemerintah Kabupaten Bangkalan disarankan mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk mendukung masuknya investasi ke Bangkalan.


            Infrastruktur merupakan driving force (tenaga penggerak) dalam pertumbuhan ekonomi. Perannya dalam mengembangkan sebuah wilayah tentu tak ada yang meragukannya lagi. Perkembangan kapasitas infrastruktur di suatu wilayah berjalan seiring dengan perkembangan output ekonomi.

            Hal Ini berarti pembangunan infrastruktur mempunyai peranan yang vital dalam pemenuhan hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan, yakni hal yang dapat mempercepat terjadinya pembangunan. Ketersediaan infrastruktur dapat memberikan pengaruh pada peningkatan akses masyarakat terhadap sumber daya sehingga meningkatkan akses produktivitas sumber daya  yang pada hakikatnya mendorong pertumbuhan ekonomi.

            Hal ini terlihat di wilayah propinsi Jawa Timur, khususnya untuk daerah Surabaya dan Madura. Surabaya sebagai ibukota provinsi menjadi kota yang memiliki tingkat kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena ditunjang infrastruktur yang baik. Berkebalikan dengan wilayah Madura yang kesejahteraan dan pertumbuhan ekonominya lebih rendah. Secara georafis wilayah Madura terpisah dengan wilayah Surabaya sehingga infrastruktur pun kurang begitu memadai.

Pengertian Pembangunan Ekonomi
            Pembangunan Ekonomi merupakan salah satu upaya yang mutlak dilakukan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam negara yang ditandai dengan adanya peningkatan pendapat berkapita dalam jangka panjang. Untuk itu diperlukan serangkaian upaya agar pembangunan tersebut berjalan dengan baik.

            Pembangunan ekonomi tidak sekedar pertumbuhan ekonomi. Pembangunan berarti adanya pertumbuhan dan perubahan. Dengan demikian terdapat pengertian  atau  dimensi yang  mendasar  serta  lebih  luas  dalam  proses  pembangunan yang  merupakan  lanjutan  dari    pertumbuhan  atau  peningkatan  satu  perekonomian. Adanya proses pembangunan ekonomi juga dapat ditunjukkan dari meningkatnya kinerja  faktor  produksi  dan  teknik  produksi yang  lebih  baik.  Juga  dapat  ditunjukkan  dari  pembangunan  kelembagaan  serta  perubahan  pemikiran  dan  nilai kelembagaan (Arsyad, 2010:11).

            Pembangunan  ekonomi  juga  tidak  hanya  upaya  penggabungan  sejumlah  industri,  tetapi    merupakan  pencapaian  sejumlah  nilai-nilai  modernitas  secara  ideal yang  mencakup  peningkatan  produktivitas,  keseimbangan  sosial-ekonomi,  penguasaan  ilmu  pengetahuan yang  lebih  modern,  perbaikan  kelembagaan  dan mental,  serta  adanya  sistem  koordinasi yang  lebih  rasional  dalam  merumuskan ukuran-ukuran  kebijakan, yang  semua  itu  merupakan  hal-hal yang  harus  segera  dilembagakan di negara berkembang.

Tujuan Pembangunan Ekonomi
            Proses pembangunan memiliki tiga tujuan inti yakni dapat meningkatan ketersediaan atau adanya peningkatan kuantitas barang kebutuhan pokok, serta perluasan distribusi berbagai barang tersebut, meningkatan standart hidup masyarakat, dan memperluas  pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (Todaro dan Smith, 2006 : 28-29).

Teori Pembangunan Ekonomi
            Menurut Arsyad (2010:54) teori pembanguanan ekonomi dikelompokkan dalam 2 madzhab, yakni: (1) Madzhab Historis, madzhab Historis melihat pembangunan ekonomi berdasarkan pengalaman sejarah tentang tahap-tahap perkembangan ekonomi suatu negara. (2) Madzhab Analitis, yang terdiri dari teori Klasik, teori Neoklasik, teori Keynesian, dan teori Schumpeter. Tokoh teori klasik diantaranya Adam Smith dan David Ricardo. Smith membedakan dua aspek utama pertumbuhan ekonomi, yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Sedangkan menurut Ricardo merupakan perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output.

Strategi Pembangunan Ekonomi
            Strategi pembangunan ekonomi dibedakan menjadi 2 macam, yakni strategi pembangunan seimbang dan tidak seimbang. Pembangunan seimbang dapat diartikan sebagai pembangunan berbagai jenis industri secara berbarengan sehingga industri tersebut saling menciptakan pasar bagi yang lain. Selain itu, pembangunan seimbang juga dapat diartikan sebagai pembangunan di berbagai sektor (Arsyad, 2010:129).

            Tujuan dari strategi ini adalah menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi hambatan-hambatan dalam memperoleh faktor produksi. Faktor produksi yang dimaksud adalah bahan baku, tenaga ahli, sumber daya energi dn fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil-hasil produksi ke pasar. Tujuan yang lain adalah untuk memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan akan diproduksi. Dapat juga diartikan, tujuan pembangunan seimbang adalah untuk mengatur program investasi sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan timbul masalah yang bersumber dari penawaran dan permintaan (Sukirno, 2010:274).

Kontribusi Sektor Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
            Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu komponen penting yang akan menentukan keberhasilan  pembangunan suatu bangsa. Perananya sebagai penggerak sektor perekonomian akan mampu menjadi pendorong berkembangnya sektor-sektor terkait sebagai multiplier dan pada akhirnya akan menciptakan lapangan usaha baru dan memberikan output hasil produksi sebagai input untuk konsumsi. Di samping itu, selain berperan sebagai pendorong berkembangnya sektor-sektor perekonomian, sektor infrastruktur pun memberikan kontribusi  yang cukup besar terhadap PDB, walaupun jika dibandingkan dengan sektor pertanian, industri tanpa migas, dan perdagangan, hotel, dan restoran (Bapennas, 2008).

            Inftrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Peranan dalam jangka pendek yakni menciptakan lapangan kerja sektor konstruksi, jangka menengah dan panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor terkait. Infrastruktur menjadi jawaban dari kebutuhan negara-negara yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan membantu penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta merendahkan biaya aktifitas investor dalam dan luar negeri.

Industri
            Pengertian industri dalam arti luas adalah semua kegiatan manusia memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan mentransformasikan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih bernilai tinggi (Partomo dalam Susanti, 2011).

            Jenis-jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, menurut Badan Pusat Statistik (dalam Sari,2010) terbagi menjadi 4 macam, yakni: (1) industri rumah tangga, (2) industri kecil, (3) industri sedang atau industri menengah, (4) industri besar. Sedangakan, Departemen Perindustrian (dalam Susanti,2011) mengelompokkan industri menjadi tiga kelompok besar, yakni: (1) industri dasar, (2) industri kecil, dan (3) industri hilir. Peran industri dalam perekonomian adalah merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan kegiatan mandiri yang hanya sekedar berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisik (Arsyad, 2010 : 442).

Industri Kecil
            Industri kecil adalah merupakan perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi barang siap konsumsi melalui proses produksi tertentu dengan memberdayakan pekerja dalam jumlah kecil (1-4 orang) dan teknologi dan sederhana. Menurut Soemarni dan Sorprianto dalam Sari (2010), industri kecil memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) usaha atau industri pada umumya dikelola atau dipimpin oleh pemiliknya sendiri, (2) struktur organisasinya sederhana dan masih banyak perangkapan tugas pada seseorang, (3) prosentase kegagalan relative tinggi.

            Industri kecil memiliki peranan tersendiri bagi perekonomian Indonesia. Krisis yang terjadi tahun 1997 telah mengakibatkan kedudukan / posisi pelaku sektor ekonomi berubah sedangkan industri-industri besar bahkan perbankan terpuruk. Namun, berbeda dengan industri kecil yang tetap bertahan, bahkan cenderung bertambah. Saat kriris global terjadi industri kecil hadir sebagai solusi dari sistem perekonomian yang sehat, yang sama sekali tidak terkena dampak krisis yang malanda dunia tersebut. Industri kecil jelas dapat diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan stabilisasi sistem ekonomi yang ada (Arsyad, 2010:443).

Pendapatan Regional
            Pendapatan regional didefinisikan sebagai tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis (Tarigan, 2005:13). Beberapa konsep dan definisi yang biasa digunakan untuk menggambarkan pendapatan regional (Tarigan, 2005), diantaranya adalah: (1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar, yakni jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, (2) Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar, adalah pengurangan PDRB atas dasar harga pasar dengan penyusutan (3) Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor, PDRN atas dasar biaya faktor diperoleh dengan mengurangkan PDRN atas dasar harga pasar dengan pajak tak langsung neto. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. (4) Pendapatan Regional atas Dasar Harga Berlaku adalah pendapatan regional yang di dalamnya masih terkandung unsur inflasi, sedangkan  pendapatan regional yang telah dihilangkan unsure inflasinya merupakan pendapatan regional atas dasar harga konstan.

Hasil Analisis Data
Perkembangan Industri Kecil di kabupaten Bangkalan

Tabel 1.1
Data Jumlah Industri Kecil, Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Produksinya serta Jumlah Pendapatan Daerah
Tahun
Jumlah Perusahaan
Jumlah Tenaga Kerja
Nilai produksi
(Rupiah)
2002
395
2779
147.622.022,00
2003
336
3072
228.309.744,00
2004
388
3303
232.590.211,90
2005
419
3505
236.649.711,90
2006
435
3620
267.044.194,90
2007
458
3735
282.544.194,90
2008
458
3784
1.637.000.000,00
2009
228
1770
1.389.427.388,00
2010
235
1847
1.106.272.617,00












                           Sumber : Buku Bangkalan dalam Angka

Dari tabel di atas dapat dilihat perkembangan industri kecil sebagai penggambaran perkembangan industri secara keseluruhan di kabupaten Bangkalan. Perkembangan industri  kabupaten Bangkalan mengalami naik turun dari tahun 2002 hingga 2010 atau sebelum pengoperasian jembatan Suramadu dan setelah pengoperasian jembatan Suramadu, baik jumlah perusahaan, jumlah pekerja yang bekerja di perusahaan maupun nilai produksinya.


Bagaimanakah  perkembangan industri kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu?


            Perkembangan industri kabupaten Bangkalan yang digambarkan melalui perkembangan industri kecil kabupaten Bangkalan dengan tiga indikator yaitu jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil dan nilai produksi industri kecil.
Data dalam penelitian menunjukkan perkembangan jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerjanya juga nilai produksinya dari tahun 2002 sampai dengan 2008 (sebelum pengoperasian jembatan Suramadu) meningkat tiap tahunnya dan tahun 2009 sampai 2011 (setelah pengopersian jembatan Suramadu) cenderung menurun.

            Jumlah perusahaan industri kecil meningkat tiap tahun selama 2004 hingga 2007. Tercatat adanya peningkatan sebesar 15 persen ditahun 2004, kembali meningkat sebesar 7 persen di tahun 2005. Begitu pula pada tahun 2006 tercatat adanya peningkatan walau persentasenya tidak sebesar tahun sebelumnya yakni sebesar 4 persen dan  naik sebesar 5 persen ditahun 2007. Pada tahun 2008 tidak terjadi perubahan, yakni jumlah perusahaan industri kecil sebanyak 458 sama seperti tahun 2007. Setelah pengoperasian jembatan Suramadu di tahun 2009 jumlah perusahaan industri kecil menurun sebanyak lebih dari 50 persen menjadi hanya 228 unit perusahaan.  Namun di tahun berikutnya terdapat sedikit peningkatan bila dibanding tahun 2009 yakni naik sebanyak 7 unit perusahaan di tahun 2010.

            Hal ini tidak sejalan dengan teori Harod Domar yang menyebutkan bahwa semakin besar investasi, maka perekonomian akan lebih cepat tumbuh. Pertumbuhan industri Bangkalan  turun pada tahun pertama pembangunan jembatan Suramadu bila dilihat dari indikator jumlah perusahaan industri dan jumlah pekerja yang bekerja di perusahaan industri, namun kemudian meningkat pada tahun berikutnya. Tetapi peningkatan yang terjadi tidak cukup besar, jumlah perusahaan industri kecil bertambah 7 unit dan jumlah pekerja yang bekerja di perusahaan industri bertambah sebesar 123 orang.

            Hampir serupa dengan perkembangan jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil di kabupaten Bangkalan mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga 2008, walaupun persentase perkembangannya terus turun dari tahun ke tahun. Pada 2003 terjadi perkembangan sebesar 10 persen, 7 persen ditahun 2004, 6 persen ditahun berikutnya. Pada 2006 dan 2007 terjadi peningkatan sebesar 3 persen dan 1 persen ditahun 2008.
Namun kemudian menurun lebih dari 50 persen ditahun 2009 dari 3784 tenaga kerja menjadi hanya 1770 orang saja. Pada tahun-tahun berikutnya terus membaik, tercatat ada peningkatan lebih dari 100 orang tenaga kerja atau naik sekitar 4 persen ditahun 2010.

            Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan nilai produksinya. Nilai produksi industri kecil terus mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga 2007 walaupun dengan persentase naik turun. Pada 2003 terjadi peningkatan yang signifikan yakni lebih dari 50 persen menjadi Rp. 228.309.744,00 dibandingkan tahun 2002 yang hanya sebesar Rp. 147.622.022,00. Pada tahun berikutnya meningkat sebesar sekitar 2 persen yakni sebanyak Rp. 4.280.467,90. Terjadi peningkatan kembali sekitar 2 persen di tahun 2005 sebesar Rp. 4.059.500,00. Terus terjadi peningkatan di tahun-tahun berikutnya sebesar Rp. 30.394.483,00 di tahun 2006, Rp. 15.500.000,00 di tahun 2007, namun mengalami stagnan pada 2008.

            Kemudian setelah pengopersian jembatan Suramadu ( tahun 2009 ) terjadi peningkatan tajam yakni sebesar Rp. 1.106.883.193,10, atau lebih hamper 400 persen. Pada tahun selanjutnya terjadi penurunan nilai produksi industri kecil sebesar 20 persen menjadi Rp. 1.106.272.617,00. Berbeda hasil penelitian Sudaryadi yang menyebutkan bahwa pembangunan infrastuktur memberikan dampak bagi peningkatan output yang relatif lebih besar bagi sektor produksi pertambangan, industri pengolahan kecuali makanan, listrik, gas dan air minum serta pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, industri makanan.


Bagaimanakah perkembangan  pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu?


            Dari data pendapatan daerah kabupaten Bangkalan terlihat bahwa pendapatan daerah kabupaten Bangkalan. Terbukti PDRB Bangkalan terus merangkak naik dari tahun ke tahun, sebelum maupun sesudah pengoperasian jembatan Suramadu dan peningkatannya pun hampir sama sekitar 5 persen tiap tahunnya.

            Pada tahun 2003 meningkat menjadi 2,1 trilyun rupiah dari tahun sebelumnya yang hanya 2 trilyun rupiah. Pada 2004 terjadi peningkatan yang cukup signifikan yakni sebesar 18 persen menjadi 2,5 trilyun rupiah. Dan terus saja meningkat sebesar 5 persen sepanjang tahun 2005 sampai 2011 atau sebesar 122 milyar rupiah hingga 177 milyar rupiah di tahun 2010.

            Hal ini berarti Bangkalan telah mengalami gejala terjadinya  peningkatan  Produk  Nasional  Bruto  (PNB)  dan  atau  peningkatan  Produk  Domestik  Bruto  (PDB).  Pembangunan  ekonomi  juga  ditunjukkan  dengan  adanya  perubahan dari  struktur  kegiatan  produksi  serta  tenaga kerja yang bergerak di sektor  pertanian ke sektor industri manufaktur dan jasa sebelum jembatan Suramadu dioperasikan sesuai dengan teori yang dikemukakann oleh Todaro dan Smith.

            Sektor pertanian tetap menjadi lapangan usaha utama yang menyumbang nilai terbesar bagi PDRB kabupaten Bangkalan. Walaupun struktur perekonomian sedikit demi sedikit mulai bergeser ke sektor sekunder bahkan tersier. Perubahan yang terjadi terus-menerus dalam peningkatan PDRB suatu kabupaten berarti pembangunan ekonomi Bangkalan mulai tercapai. Dan pembangunan  ekonomi yang dikemukakan Todaro dan Smith yakni pembangunan ekonomi yang  ditunjukkan  dengan  adanya  perubahan dari  struktur  kegiatan  produksi  serta  tenaga kerja yang bergerak di sektor  pertanian ke sektor industri manufaktur dan jasa sudah terlihat di kabupaten Bangkalan.

Kesimpulan

            Berdasarkan tujuan penelitian dan rumusan masalah penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : (1) Perkembangan industri kecil di kabupaten Bangkalan secara umum mengalami peningkatan tiap tahun sebelum pengoperasian jembatan Suramadu dengan indikator jumlah perusahaan industri, jumlah tenaga kerja dan jumlah nilai produksi industri kecil di kabupaten Bangkalan. Namun menurun drastis sekitar 50 % pada tahun pengopersian jembatan Suramadu, baik jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil maupun jumlah nilai produksi perusahaan industri kecil. Ditahun-tahun berikutnya, pasca pengoperasian jembatan Suramadu industri kecil di Bangkalan kembali mengalami peningkatan sebesar 3 sampai 4 persen. (2) Pendapatan daerah kabupaten Bangkalan tidak banyak mendapatkan pengaruh dari pembangunan jembatan Suramadu. PDRB Bangkalan terus mengalami peningkatan sebelum pengoperasian jembatan Suramadu (tahun 2002-2008) maupun setelah pengoperasian Suramadu (tahun 2009-2010). Persentase peningkatannya pun tidak jauh berbeda yakni sekitar 5 persen tiap tahunnya atau rata-rata sebesar 145 milyar rupiah.

Saran

            Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan pada bab sebelumnya serta kesimpulan yang didapat dari hasil analisis, maka ada beberapa hal yang bisa disarankan: (1) Disarankan bagi para pemilik industri di Bangkalan untuk lebih berinovasi dan bekerja sama dengan pedagang-pedangang yang berada di wilayah strategis di Bangkalan dalam memasarkan produk hasil industrinya agar para pedagang tersebut tidak lagi mengambil hasil produksi dari wilayah lain. Sehingga industri Bangkalan bisa berkembang lebih cepat. (2) Bagi pemerintah kabupaten Bangkalan disarankan mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk mendukung masuknya investasi ke Bangkalan agar kontribusi semua sektor dalam PDRB bisa meningkat, terutama sektor-sektor yang menjadi besis perekonomian Bangkalan.



Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Aneka Cipta.

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan: Edisi 5. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Badan Pusat Statistik. 2006. Bangkalan dalam Angka 2005. Bangkalan: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2009. Bangkalan dalam Angka 2008. Bangkalan: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2011. Bangkalan dalam Angka 2010. Bangkalan: BPS.

Bapennas. 2008. Infrastruktur dan Pembangunan Daerah: Membantu Pengurangan Kemiskinan.  Jakarta. (Online). (www.bapennas.go.id, diakses: 9 April 2012).

Bintoro, Dediarto. 3 Juni 2010. Evaluasi Dampak Pasca Pembangunan Suramadu (Online). (VisitSuramadu.wordpress.com, diakses: 25 Maret 2012).

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat. 2007. Kajian Aspek Kemasyarakatan di dalam Pengembangan Infrastruktur di Indonesia. Depok : Universitas Indonesia.

Hamid, Abdul. Isu Pembangunan Infrastruktur. (Online). (abdulhamid.file.wordpress.com, diakses: 21januari 2013)

 (online), diakses: tanggal 17 desember 2012.

Ismanthono, Henricus W. 2003.  Kamus Istilah Ekonomi Populer. Jakarta: PT. Kopmas Media Nusantara.

Isnaningsih, Desi Halfiati, dkk. 2010. Analisa Tutupan Lahan Terhadap Rencana Investasi di Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan Pasca Suramadu dengan Citra SPOT-5.

Kuncoro, Mudrajat. 2010. Ekonomika Pembangunan: Masalah, Kebijakan, dan Politik. Jakarta: Erlangga.

Legowo, Poerwaningsih S. 2009. Dampak Keterkaitan infrastruktur Jaringan Jalan Terhadap Pertumbuhan Sektoral Wilayah JABODETABEK. Simposium XII FSTPT, Universitas Kristen Petra Surabaya, 14 November 2009.

Purwantini, Tri Bastuti dan Rivai, Rudi Sunarja. 2008. Dampak Pembangunan Prasarana Transportasi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan : Kasus Kabupaten Bulu Kumba Sulawesi Selatan. Jurnal Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani. Bogor, 19 Nopember 2008.

Sakti, Norida Canda. 2011. Ekonomi Pembangunan. Surabaya: Unesa University Press

Sari, Novian. 2011. Peranan Industri Kecil Sepatu terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan di Kelurahan Miji Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JPE FE UNESA.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiawan, Putu Rudi. 2010. Kajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi.

Sudaryadi. 2007. Dampak Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan Terhadap Output Sektor Produksi Dan Pendapatan Rumah Tangga Jawa Tengah (Simulasi SNSE Jawa Tengah 2004). Tesis tidak diterbitkan. Semarang : Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Sugiharto. 2009. Strategi pembangunan Ekonomi. (http://koran.republika.co.id/koran/24/97672/Strategi_Pembangunan_Ekonomi, diakses 7 Maret 2012).

Sukirno, Sadono. 2010. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Jakarta: Kencana.

Tambunan, Tulus T.H. 2001. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tambunan, Mangara dan Bakce, Djaimi. 2010. Rekonstruksi Strategi Industrialisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya: UNESA University Press

Todaro, Michael. P dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan. Terjemahan oleh: Haris Munandar, Puji A.L. Jakarta: Erlangga.

Tri, Ananada.28 Januari 2012. Sarana Transportasi Suramadu Membawa Pengaruh yang Kuat Khususnya Bagi Masyarakat Madura(online). (www.babejoko.web.id, diakses:  25 Maret 2012).

Wahyudi, Johan. 2008. Upaya Pengembangan Industri Kecil di Sentra Industri Kecil Cor Kuningan Desa Mojotrisno Kecamatan Mojoangung Kabupaten Jombang. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JPE FE UNESA.

Winoto, Joyo  dan  Siregar, Hermanto. Peranan Pembangunan Infrastruktur Dalam Menggerakkan Sektor Riil. Jakarta : Jurnal Ekonomi Indonesia. No.1 Juni 2006.

www.bangakalaninvestment.com, diakses: 13 Desember 2012.

www.bapennas.go.id, diakses: 21 Januari 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar