Selasa, 30 Juli 2013

Hukum Permintaan dan Penawaran

Kali ini akan dibahas tentang Hukum Permintaan dan Penawaran, dibawah ini adalah pengertian dan penjelasannya, tidak dibahas secara mendetail hanya garis besarnya saja yang telah saya dapatkan dari beberapa sumber lalu dirangkum menjadi satu. Berikut adalah pembahasannya :

Pengertian Permintaan (demand) dan Penawaran (supply)
Permintaan dan penawaran dalam ilmu ekonomi adalah merupakan suatu penggambaran atas hubungan-hubungan di pasar, antara para calon pembeli dan penjual terhadap suatu barang.

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu. Sedangkan penawaran adalah sejumlah barang yang dijual atau ditawarkan pada suatu harga dan waktu tertentu.

Model penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini sangat penting untuk melakukan analisa ekonomi mikro terhadap perilaku para pembeli dan penjual, serta interaksi mereka di pasar. Ia juga digunakan sebagai titik tolak bagi berbagai model dan teori ekonomi lainnya. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif, harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Model ini mengakomodasi kemungkian adanya faktor-faktor yang dapat mengubah keseimbangan, yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk terjadinya pergeseran dari permintaan atau penawaran.

Hukum Permintaan dan Penawaran

Jika semua asumsi diabaikan (ceteris paribus) : Jika harga semakin murah maka permintaan atau pembeli akan semakin banyak dan sebaliknya. Jika harga semakin rendah/murah maka penawaran akan semakin sedikit dan sebaliknya.

Semua terjadi karena semua ingin mencari kepuasan (keuntungan) sebesar-besarnya dari harga yang ada. Apabila harga terlalu tinggi maka pembeli mungkin akan membeli sedikit karena uang yang dimiliki terbatas, namun bagi penjual dengan tingginya harga ia akan mencoba memperbanyak barang yang dijual atau diproduksi agar keuntungan yang didapat semakin besar. Harga yang tinggi juga bisa menyebabkan konsumen/pembeli akan mencari produk lain sebagai pengganti barang yang harganya mahal.

Hukum Permintaan
Hukum permintaan adalah hukum yang menjelaskan tentang adanya hubungan yang bersifat negatif antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta.

Hukum permintaan berbunyi “apabila harga naik maka jumlah barang yang diminta akan mengalami penurunan, dan apabila harga turun maka jumlah barang yang diminta akan mengalami kenaikan.”

Dalam hukum permintaan jumlah barang yang diminta akan berbanding terbalik dengan tingkat harga barang. Kenaikan harga barang akan menyebabkan berkurangnya jumlah barang yang diminta, hal ini dikarenakan naiknya harga menyebabkan turunnya daya beli konsumen dan akan berakibat berkurangnya jumlah permintaan. Naiknya harga barang akan menyebabkan konsumen mencari barang pengganti yang harganya lebih murah.

Pada hukum permintaan berlaku asumsi ceteris paribus. Artinya hukum permintaan tersebut berlaku jika keadaan atau faktor-faktor selain harga tidak berubah (dianggap tetap).


Hukum penawaran
Bahwa semakin tinggi harga, jumlah barang yang ditawarkan semakin banyak. Sebaliknya semakin rendah harga barang, jumlah barang yang ditawarkan semakin sedikit. Inilah yang disebut hukum penawaran. Hukum penawaran menunjukkan keterkaitan antara jumlah barang yang ditawarkan dengan tingkat harga. Dengan demikian bunyi hukum penawaran berbunyi “bila tingkat harga mengalami kenaikan maka jumlah barang yang ditawarkan akan naik, dan bila tingkat harga turun maka jumlah barang yang ditawarkan turun.”

Hukum penawaran akan berlaku apabila faktor-faktor lain yang memengaruhi penawaran tidak berubah (ceteris paribus). Dalam hukum penawaran jumlah barang yang ditawarkan akan berbanding lurus dengan tingkat harga, di hukum penawaran hanya menunjukkan hubungan searah antara jumlah barang yang ditawarkan dengan tingkat harga.

Hukum penawaran akan berlaku apabila faktor-faktor lain yang memengaruhi penawaran tidak berubah (ceteris paribus).


Faktor – faktor yang mempengaruhi Permintaan dan Penawaran

Tingkat permintaan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang selalu mengikutinya, antara lain adalah :
1. Perilaku/selera konsumen
2. Ketersediaan dan harga barang sejenis pengganti dan pelengkap
3. Pendapatan/penghasilan konsumen
4. Perkiraan harga di masa depan dan banyaknya/intensitas kebutuhan konsumen.

Sedangkan pada tingkat penawaran akan dipengaruhi antara lain oleh : 
1. Biaya produksi dan teknologi yang digunakan
2. Tujuan dari suatu perusahaan
3. Pajak
4. Ketersediaan dan harga barang pengganti/pelengkap

Minggu, 14 Juli 2013

Pasar

Siapa sih yang tidak mengenal satu kata ini “pasar”? Atau belum pernah mendengar kata pasar? Sepertinya tidak mungkin ya belum pernah mendengar kata pasar, karena kata pasar begitu familiar ditelinga kita bukan? Yah pasar, pasar adalah tempat bertemunya para penjual dan pembeli yang melalukan transaksi jual beli barang dan jasa. Pasar ini pun dibagi dalam beberapa jenis yaitu : Pasar menurut bentuk kegiatannya, Pasar menurut cara transaksinya, Pasar menurut jenis barangnya, dan Pasar menurut keleluasan distribusinya.

Jenis Pasar menurut bentuk kegiatannya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Pasar Nyata dan Pasar Tidak Nyata (Abstrak). Jenis Pasar menurut cara transaksinya juga dibagi menjadi 2 bagian sama seperti Jenis Pasar menurut bentuk kegiatanya, yaitu Pasar Tradisional dan Pasar Modern.

Jenis–jenis Pasar menurut jenis barangnya. Beberapa pasar memang hanya menjual satu jenis barang tertentu , misalnya Pasar Hewan, Pasar Sayur, Pasar Buah, Pasar Ikan dan Daging serta Pasar Loak (barang-barang bekas).

Jenis-jenis Pasar menurut keleluasaan distribusi. Menurut keluasaan distribusinya barang yang dijual pasar dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu : Pasar Lokal, Pasar Daerah, Pasar Nasional dan Pasar Internasional.

Pasar sendiri tidak hanya dibagi dalam beberapa jenis saja, tetapi juga dibagi menjadi beberapa macam pasar menurut bentuk dan strukturnya.

Pasar menurut struktur dibedakan menjadi empat macam yaitu Pasar Persaingan Sempurna, Pasar Persaingan Tidak Sempurna, Monopoli, Persaingan Monopolistik, dan Oligopoli.

Pasar Persaingan Sempurna disebut juga pasar persaingan murni yang berarti adalah pasar dimana terdapat banyak penjual dan pembeli dan mereka sudah sama-sama mengetahui keadaan pasar.

Pasar Persaingan Tidak Sempurna merupakan kebalikan dari Pasar Persaingan Sempurna yaitu pasar yang terdiri atas sedikit penjual dan banyak pembeli. Di pasar ini penjual dapat menentukan harga barang. Barang yang diperjualbelikan jenisnya heterogen (berbagai jenis barang). Pasar persaingan tidak sempurna mempunyai beberapa bentuk pasar.

Pasar Monopoli adalah pasar yang terjadi apabila seluruh penawaran terhadap sejenis barang pada pasar dikuasai oleh seorang penjual atau sejumlah penjual tertentu.

Pasar Persaingan Monopolistik adalah pasar dengan banyak penjual yang menghasilkan barang dengan corak yang berbeda. Pasar ini banyak dijumpai pada sektor jasa dan perdagangan eceran. Misalnya jasa salon, angkutan, toko obat/apotik, dan toko kelontong.

Pasar Oligopoli adalah pasar yang hanya terdiri atas beberapa penjual untuk suatu barang tertentu, sehingga antara penjual yang satu dengan yang lainnya bisa memengaruhi harga. Contohnya perusahaan menjual mobil dan sepeda motor, perusahaan rokok, industri telekomunikasi, dan perusahaan semen. 

Nah, dari penjelasan diatas telah diketahui bukan ternyata Pasar itu tidak hanya sekedar mencangkup Pasar Tradisional yang menjual sayur mayur ataupun barang-barang saja,tetapi terdapat bebagai macam pasar dan juga jenis-jenis pasar sesuai barang dan jasa yang dijual dan disediakan. Penjelasan yang saya jabarkan diatas memang hanya secara garis besar saja, semoga bisa membantu dan bermanfaat bagi yang membacanya.

Kamis, 11 Juli 2013

Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu investasi yang dilakukan pemerintah ialah dengan membangun Jembatan Selat Sunda (JSS), dimana pembangunan ini membutuhkan biaya yang besar. Tentu saja dengan adanya pembangunana ini ekonomi disekitar daerah yang dilewati oleh Jembatan Selat Sunda ini akan berpengaruh. 

Dibawah ini merupakan artikel tentang Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Artikel ini saya dapatkan dari kompas.com yang membahas tentang investasi terhadap pertumbuhan ekonomi, berikut adalah artikelnya




Dari artikel yang telah saya baca di atas, investasi terhadap pertumbuhan ekonomi salah satunya adalah dengan akan dibangunnya jembatan selat sunda ini, menurut saya dengan akan dibangunnya jembatan ini akan lebih memudahkan para pengguna jalan yang akan menuju pulau sumatera tanpa harus menyebrang menggunakan kapal ferry, terutama pengiriman barang dan juga bahan-bahan pokok yang akan dikirim ke pulau sumatera atau sebaliknya dari pulau sumatera ke pulau jawa, yang mana apabila cuaca yang kurang mendukung terdapat penumpukan truk-truk yang membawa barang-barang dan bahan-bahan pokok, baik pangan, papan maupun sandang, sehingga kebutuhan yang seharusnya sampai ditempat tujuan menjadi terlambat dan langka karena kondisi cuaca ini. Terutama ketika datang musim penghujan yang membuat air laut menjadi pasang dan gelombang tinggi sehingga keberangkatan harus ditunda demi keselamatan. Tetapi akankah dengan adanya jembatan yang menghubungkan pulau jawa dan pulau sumatera ini akan menjadi solusi ketepatan waktu pengiriman barang dan bahan-bahan pokok pangan, papan dan sandang? Jembatan ini memang belum dibangun, tetapi sudah direncanakan dan rencana pembangunan akan dimulai tahun depan 2014. Pembangunan ini memakan biaya yang cukup besar dan membutuhkan investor asing maupun investor lokal. Semoga dengan akan dibangunnya jembatan penghubung antar pulau ini dapat memaksimalkan waktu para pengguna yang akan menyebrang ke pulau sumatera atau ke pulau jawa terutama dalam hal pengiriman barang agar tidak terjadi ketelambatan maupun kelangkaan bahan pokok akibat perubahan cuaca yang tidak terduga.

Rabu, 03 Juli 2013

Perkembangan Industri dan Pendapatan Daerah Kabupaten Bangkalan Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jembatan Suramadu


Abstrak
Pembangunan jembatan Suramadu diharapkan dapat menumbuhkan perekonomian di wilayah Madura. Setelah jembatan Suramadu dioperasikan, belum ada penelitian mengenai perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan. Sehingga perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu yang perlu dianalisis lebih lanjut sebagai suatu kajian.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui perkembangan industri Kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu. (2) mengetahui perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan dalam penelitian mendeksripsikan tentang perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu. Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknis analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan industri kecil di kabupaten Bangkalan mengalami peningkatan tiap tahun sebelum pengoperasian jembatan Suramadu, namun menurun pada tahun pertama setelah pengoperasian jembatan Suramadu. Di tahun berikutnya industri kecil di Bangkalan kembali mengalami peningkatan. Pendapatan daerah kabupaten Bangkalan terus mengalami peningkatan, sebelum pengoperasian jembatan Suramadu maupun setelah pengoperasian Suramadu. Saran bagi pemilik industri untuk lebih berinovasi dan bekerja sama dengan pedagang dalam memasarkan produk hasil industrinya. Bagi pemerintah Kabupaten Bangkalan disarankan mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk mendukung masuknya investasi ke Bangkalan.


            Infrastruktur merupakan driving force (tenaga penggerak) dalam pertumbuhan ekonomi. Perannya dalam mengembangkan sebuah wilayah tentu tak ada yang meragukannya lagi. Perkembangan kapasitas infrastruktur di suatu wilayah berjalan seiring dengan perkembangan output ekonomi.

            Hal Ini berarti pembangunan infrastruktur mempunyai peranan yang vital dalam pemenuhan hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan, yakni hal yang dapat mempercepat terjadinya pembangunan. Ketersediaan infrastruktur dapat memberikan pengaruh pada peningkatan akses masyarakat terhadap sumber daya sehingga meningkatkan akses produktivitas sumber daya  yang pada hakikatnya mendorong pertumbuhan ekonomi.

            Hal ini terlihat di wilayah propinsi Jawa Timur, khususnya untuk daerah Surabaya dan Madura. Surabaya sebagai ibukota provinsi menjadi kota yang memiliki tingkat kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena ditunjang infrastruktur yang baik. Berkebalikan dengan wilayah Madura yang kesejahteraan dan pertumbuhan ekonominya lebih rendah. Secara georafis wilayah Madura terpisah dengan wilayah Surabaya sehingga infrastruktur pun kurang begitu memadai.

Pengertian Pembangunan Ekonomi
            Pembangunan Ekonomi merupakan salah satu upaya yang mutlak dilakukan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam negara yang ditandai dengan adanya peningkatan pendapat berkapita dalam jangka panjang. Untuk itu diperlukan serangkaian upaya agar pembangunan tersebut berjalan dengan baik.

            Pembangunan ekonomi tidak sekedar pertumbuhan ekonomi. Pembangunan berarti adanya pertumbuhan dan perubahan. Dengan demikian terdapat pengertian  atau  dimensi yang  mendasar  serta  lebih  luas  dalam  proses  pembangunan yang  merupakan  lanjutan  dari    pertumbuhan  atau  peningkatan  satu  perekonomian. Adanya proses pembangunan ekonomi juga dapat ditunjukkan dari meningkatnya kinerja  faktor  produksi  dan  teknik  produksi yang  lebih  baik.  Juga  dapat  ditunjukkan  dari  pembangunan  kelembagaan  serta  perubahan  pemikiran  dan  nilai kelembagaan (Arsyad, 2010:11).

            Pembangunan  ekonomi  juga  tidak  hanya  upaya  penggabungan  sejumlah  industri,  tetapi    merupakan  pencapaian  sejumlah  nilai-nilai  modernitas  secara  ideal yang  mencakup  peningkatan  produktivitas,  keseimbangan  sosial-ekonomi,  penguasaan  ilmu  pengetahuan yang  lebih  modern,  perbaikan  kelembagaan  dan mental,  serta  adanya  sistem  koordinasi yang  lebih  rasional  dalam  merumuskan ukuran-ukuran  kebijakan, yang  semua  itu  merupakan  hal-hal yang  harus  segera  dilembagakan di negara berkembang.

Tujuan Pembangunan Ekonomi
            Proses pembangunan memiliki tiga tujuan inti yakni dapat meningkatan ketersediaan atau adanya peningkatan kuantitas barang kebutuhan pokok, serta perluasan distribusi berbagai barang tersebut, meningkatan standart hidup masyarakat, dan memperluas  pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (Todaro dan Smith, 2006 : 28-29).

Teori Pembangunan Ekonomi
            Menurut Arsyad (2010:54) teori pembanguanan ekonomi dikelompokkan dalam 2 madzhab, yakni: (1) Madzhab Historis, madzhab Historis melihat pembangunan ekonomi berdasarkan pengalaman sejarah tentang tahap-tahap perkembangan ekonomi suatu negara. (2) Madzhab Analitis, yang terdiri dari teori Klasik, teori Neoklasik, teori Keynesian, dan teori Schumpeter. Tokoh teori klasik diantaranya Adam Smith dan David Ricardo. Smith membedakan dua aspek utama pertumbuhan ekonomi, yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Sedangkan menurut Ricardo merupakan perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output.

Strategi Pembangunan Ekonomi
            Strategi pembangunan ekonomi dibedakan menjadi 2 macam, yakni strategi pembangunan seimbang dan tidak seimbang. Pembangunan seimbang dapat diartikan sebagai pembangunan berbagai jenis industri secara berbarengan sehingga industri tersebut saling menciptakan pasar bagi yang lain. Selain itu, pembangunan seimbang juga dapat diartikan sebagai pembangunan di berbagai sektor (Arsyad, 2010:129).

            Tujuan dari strategi ini adalah menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi hambatan-hambatan dalam memperoleh faktor produksi. Faktor produksi yang dimaksud adalah bahan baku, tenaga ahli, sumber daya energi dn fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil-hasil produksi ke pasar. Tujuan yang lain adalah untuk memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan akan diproduksi. Dapat juga diartikan, tujuan pembangunan seimbang adalah untuk mengatur program investasi sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan timbul masalah yang bersumber dari penawaran dan permintaan (Sukirno, 2010:274).

Kontribusi Sektor Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
            Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu komponen penting yang akan menentukan keberhasilan  pembangunan suatu bangsa. Perananya sebagai penggerak sektor perekonomian akan mampu menjadi pendorong berkembangnya sektor-sektor terkait sebagai multiplier dan pada akhirnya akan menciptakan lapangan usaha baru dan memberikan output hasil produksi sebagai input untuk konsumsi. Di samping itu, selain berperan sebagai pendorong berkembangnya sektor-sektor perekonomian, sektor infrastruktur pun memberikan kontribusi  yang cukup besar terhadap PDB, walaupun jika dibandingkan dengan sektor pertanian, industri tanpa migas, dan perdagangan, hotel, dan restoran (Bapennas, 2008).

            Inftrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Peranan dalam jangka pendek yakni menciptakan lapangan kerja sektor konstruksi, jangka menengah dan panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor terkait. Infrastruktur menjadi jawaban dari kebutuhan negara-negara yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan membantu penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta merendahkan biaya aktifitas investor dalam dan luar negeri.

Industri
            Pengertian industri dalam arti luas adalah semua kegiatan manusia memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan mentransformasikan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih bernilai tinggi (Partomo dalam Susanti, 2011).

            Jenis-jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, menurut Badan Pusat Statistik (dalam Sari,2010) terbagi menjadi 4 macam, yakni: (1) industri rumah tangga, (2) industri kecil, (3) industri sedang atau industri menengah, (4) industri besar. Sedangakan, Departemen Perindustrian (dalam Susanti,2011) mengelompokkan industri menjadi tiga kelompok besar, yakni: (1) industri dasar, (2) industri kecil, dan (3) industri hilir. Peran industri dalam perekonomian adalah merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan kegiatan mandiri yang hanya sekedar berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisik (Arsyad, 2010 : 442).

Industri Kecil
            Industri kecil adalah merupakan perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi barang siap konsumsi melalui proses produksi tertentu dengan memberdayakan pekerja dalam jumlah kecil (1-4 orang) dan teknologi dan sederhana. Menurut Soemarni dan Sorprianto dalam Sari (2010), industri kecil memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) usaha atau industri pada umumya dikelola atau dipimpin oleh pemiliknya sendiri, (2) struktur organisasinya sederhana dan masih banyak perangkapan tugas pada seseorang, (3) prosentase kegagalan relative tinggi.

            Industri kecil memiliki peranan tersendiri bagi perekonomian Indonesia. Krisis yang terjadi tahun 1997 telah mengakibatkan kedudukan / posisi pelaku sektor ekonomi berubah sedangkan industri-industri besar bahkan perbankan terpuruk. Namun, berbeda dengan industri kecil yang tetap bertahan, bahkan cenderung bertambah. Saat kriris global terjadi industri kecil hadir sebagai solusi dari sistem perekonomian yang sehat, yang sama sekali tidak terkena dampak krisis yang malanda dunia tersebut. Industri kecil jelas dapat diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan stabilisasi sistem ekonomi yang ada (Arsyad, 2010:443).

Pendapatan Regional
            Pendapatan regional didefinisikan sebagai tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis (Tarigan, 2005:13). Beberapa konsep dan definisi yang biasa digunakan untuk menggambarkan pendapatan regional (Tarigan, 2005), diantaranya adalah: (1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar, yakni jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, (2) Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar, adalah pengurangan PDRB atas dasar harga pasar dengan penyusutan (3) Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor, PDRN atas dasar biaya faktor diperoleh dengan mengurangkan PDRN atas dasar harga pasar dengan pajak tak langsung neto. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. (4) Pendapatan Regional atas Dasar Harga Berlaku adalah pendapatan regional yang di dalamnya masih terkandung unsur inflasi, sedangkan  pendapatan regional yang telah dihilangkan unsure inflasinya merupakan pendapatan regional atas dasar harga konstan.

Hasil Analisis Data
Perkembangan Industri Kecil di kabupaten Bangkalan

Tabel 1.1
Data Jumlah Industri Kecil, Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Produksinya serta Jumlah Pendapatan Daerah
Tahun
Jumlah Perusahaan
Jumlah Tenaga Kerja
Nilai produksi
(Rupiah)
2002
395
2779
147.622.022,00
2003
336
3072
228.309.744,00
2004
388
3303
232.590.211,90
2005
419
3505
236.649.711,90
2006
435
3620
267.044.194,90
2007
458
3735
282.544.194,90
2008
458
3784
1.637.000.000,00
2009
228
1770
1.389.427.388,00
2010
235
1847
1.106.272.617,00












                           Sumber : Buku Bangkalan dalam Angka

Dari tabel di atas dapat dilihat perkembangan industri kecil sebagai penggambaran perkembangan industri secara keseluruhan di kabupaten Bangkalan. Perkembangan industri  kabupaten Bangkalan mengalami naik turun dari tahun 2002 hingga 2010 atau sebelum pengoperasian jembatan Suramadu dan setelah pengoperasian jembatan Suramadu, baik jumlah perusahaan, jumlah pekerja yang bekerja di perusahaan maupun nilai produksinya.


Bagaimanakah  perkembangan industri kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu?


            Perkembangan industri kabupaten Bangkalan yang digambarkan melalui perkembangan industri kecil kabupaten Bangkalan dengan tiga indikator yaitu jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil dan nilai produksi industri kecil.
Data dalam penelitian menunjukkan perkembangan jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerjanya juga nilai produksinya dari tahun 2002 sampai dengan 2008 (sebelum pengoperasian jembatan Suramadu) meningkat tiap tahunnya dan tahun 2009 sampai 2011 (setelah pengopersian jembatan Suramadu) cenderung menurun.

            Jumlah perusahaan industri kecil meningkat tiap tahun selama 2004 hingga 2007. Tercatat adanya peningkatan sebesar 15 persen ditahun 2004, kembali meningkat sebesar 7 persen di tahun 2005. Begitu pula pada tahun 2006 tercatat adanya peningkatan walau persentasenya tidak sebesar tahun sebelumnya yakni sebesar 4 persen dan  naik sebesar 5 persen ditahun 2007. Pada tahun 2008 tidak terjadi perubahan, yakni jumlah perusahaan industri kecil sebanyak 458 sama seperti tahun 2007. Setelah pengoperasian jembatan Suramadu di tahun 2009 jumlah perusahaan industri kecil menurun sebanyak lebih dari 50 persen menjadi hanya 228 unit perusahaan.  Namun di tahun berikutnya terdapat sedikit peningkatan bila dibanding tahun 2009 yakni naik sebanyak 7 unit perusahaan di tahun 2010.

            Hal ini tidak sejalan dengan teori Harod Domar yang menyebutkan bahwa semakin besar investasi, maka perekonomian akan lebih cepat tumbuh. Pertumbuhan industri Bangkalan  turun pada tahun pertama pembangunan jembatan Suramadu bila dilihat dari indikator jumlah perusahaan industri dan jumlah pekerja yang bekerja di perusahaan industri, namun kemudian meningkat pada tahun berikutnya. Tetapi peningkatan yang terjadi tidak cukup besar, jumlah perusahaan industri kecil bertambah 7 unit dan jumlah pekerja yang bekerja di perusahaan industri bertambah sebesar 123 orang.

            Hampir serupa dengan perkembangan jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil di kabupaten Bangkalan mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga 2008, walaupun persentase perkembangannya terus turun dari tahun ke tahun. Pada 2003 terjadi perkembangan sebesar 10 persen, 7 persen ditahun 2004, 6 persen ditahun berikutnya. Pada 2006 dan 2007 terjadi peningkatan sebesar 3 persen dan 1 persen ditahun 2008.
Namun kemudian menurun lebih dari 50 persen ditahun 2009 dari 3784 tenaga kerja menjadi hanya 1770 orang saja. Pada tahun-tahun berikutnya terus membaik, tercatat ada peningkatan lebih dari 100 orang tenaga kerja atau naik sekitar 4 persen ditahun 2010.

            Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan nilai produksinya. Nilai produksi industri kecil terus mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga 2007 walaupun dengan persentase naik turun. Pada 2003 terjadi peningkatan yang signifikan yakni lebih dari 50 persen menjadi Rp. 228.309.744,00 dibandingkan tahun 2002 yang hanya sebesar Rp. 147.622.022,00. Pada tahun berikutnya meningkat sebesar sekitar 2 persen yakni sebanyak Rp. 4.280.467,90. Terjadi peningkatan kembali sekitar 2 persen di tahun 2005 sebesar Rp. 4.059.500,00. Terus terjadi peningkatan di tahun-tahun berikutnya sebesar Rp. 30.394.483,00 di tahun 2006, Rp. 15.500.000,00 di tahun 2007, namun mengalami stagnan pada 2008.

            Kemudian setelah pengopersian jembatan Suramadu ( tahun 2009 ) terjadi peningkatan tajam yakni sebesar Rp. 1.106.883.193,10, atau lebih hamper 400 persen. Pada tahun selanjutnya terjadi penurunan nilai produksi industri kecil sebesar 20 persen menjadi Rp. 1.106.272.617,00. Berbeda hasil penelitian Sudaryadi yang menyebutkan bahwa pembangunan infrastuktur memberikan dampak bagi peningkatan output yang relatif lebih besar bagi sektor produksi pertambangan, industri pengolahan kecuali makanan, listrik, gas dan air minum serta pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, industri makanan.


Bagaimanakah perkembangan  pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu?


            Dari data pendapatan daerah kabupaten Bangkalan terlihat bahwa pendapatan daerah kabupaten Bangkalan. Terbukti PDRB Bangkalan terus merangkak naik dari tahun ke tahun, sebelum maupun sesudah pengoperasian jembatan Suramadu dan peningkatannya pun hampir sama sekitar 5 persen tiap tahunnya.

            Pada tahun 2003 meningkat menjadi 2,1 trilyun rupiah dari tahun sebelumnya yang hanya 2 trilyun rupiah. Pada 2004 terjadi peningkatan yang cukup signifikan yakni sebesar 18 persen menjadi 2,5 trilyun rupiah. Dan terus saja meningkat sebesar 5 persen sepanjang tahun 2005 sampai 2011 atau sebesar 122 milyar rupiah hingga 177 milyar rupiah di tahun 2010.

            Hal ini berarti Bangkalan telah mengalami gejala terjadinya  peningkatan  Produk  Nasional  Bruto  (PNB)  dan  atau  peningkatan  Produk  Domestik  Bruto  (PDB).  Pembangunan  ekonomi  juga  ditunjukkan  dengan  adanya  perubahan dari  struktur  kegiatan  produksi  serta  tenaga kerja yang bergerak di sektor  pertanian ke sektor industri manufaktur dan jasa sebelum jembatan Suramadu dioperasikan sesuai dengan teori yang dikemukakann oleh Todaro dan Smith.

            Sektor pertanian tetap menjadi lapangan usaha utama yang menyumbang nilai terbesar bagi PDRB kabupaten Bangkalan. Walaupun struktur perekonomian sedikit demi sedikit mulai bergeser ke sektor sekunder bahkan tersier. Perubahan yang terjadi terus-menerus dalam peningkatan PDRB suatu kabupaten berarti pembangunan ekonomi Bangkalan mulai tercapai. Dan pembangunan  ekonomi yang dikemukakan Todaro dan Smith yakni pembangunan ekonomi yang  ditunjukkan  dengan  adanya  perubahan dari  struktur  kegiatan  produksi  serta  tenaga kerja yang bergerak di sektor  pertanian ke sektor industri manufaktur dan jasa sudah terlihat di kabupaten Bangkalan.

Kesimpulan

            Berdasarkan tujuan penelitian dan rumusan masalah penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : (1) Perkembangan industri kecil di kabupaten Bangkalan secara umum mengalami peningkatan tiap tahun sebelum pengoperasian jembatan Suramadu dengan indikator jumlah perusahaan industri, jumlah tenaga kerja dan jumlah nilai produksi industri kecil di kabupaten Bangkalan. Namun menurun drastis sekitar 50 % pada tahun pengopersian jembatan Suramadu, baik jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil maupun jumlah nilai produksi perusahaan industri kecil. Ditahun-tahun berikutnya, pasca pengoperasian jembatan Suramadu industri kecil di Bangkalan kembali mengalami peningkatan sebesar 3 sampai 4 persen. (2) Pendapatan daerah kabupaten Bangkalan tidak banyak mendapatkan pengaruh dari pembangunan jembatan Suramadu. PDRB Bangkalan terus mengalami peningkatan sebelum pengoperasian jembatan Suramadu (tahun 2002-2008) maupun setelah pengoperasian Suramadu (tahun 2009-2010). Persentase peningkatannya pun tidak jauh berbeda yakni sekitar 5 persen tiap tahunnya atau rata-rata sebesar 145 milyar rupiah.

Saran

            Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan pada bab sebelumnya serta kesimpulan yang didapat dari hasil analisis, maka ada beberapa hal yang bisa disarankan: (1) Disarankan bagi para pemilik industri di Bangkalan untuk lebih berinovasi dan bekerja sama dengan pedagang-pedangang yang berada di wilayah strategis di Bangkalan dalam memasarkan produk hasil industrinya agar para pedagang tersebut tidak lagi mengambil hasil produksi dari wilayah lain. Sehingga industri Bangkalan bisa berkembang lebih cepat. (2) Bagi pemerintah kabupaten Bangkalan disarankan mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk mendukung masuknya investasi ke Bangkalan agar kontribusi semua sektor dalam PDRB bisa meningkat, terutama sektor-sektor yang menjadi besis perekonomian Bangkalan.



Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Aneka Cipta.

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan: Edisi 5. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Badan Pusat Statistik. 2006. Bangkalan dalam Angka 2005. Bangkalan: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2009. Bangkalan dalam Angka 2008. Bangkalan: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2011. Bangkalan dalam Angka 2010. Bangkalan: BPS.

Bapennas. 2008. Infrastruktur dan Pembangunan Daerah: Membantu Pengurangan Kemiskinan.  Jakarta. (Online). (www.bapennas.go.id, diakses: 9 April 2012).

Bintoro, Dediarto. 3 Juni 2010. Evaluasi Dampak Pasca Pembangunan Suramadu (Online). (VisitSuramadu.wordpress.com, diakses: 25 Maret 2012).

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat. 2007. Kajian Aspek Kemasyarakatan di dalam Pengembangan Infrastruktur di Indonesia. Depok : Universitas Indonesia.

Hamid, Abdul. Isu Pembangunan Infrastruktur. (Online). (abdulhamid.file.wordpress.com, diakses: 21januari 2013)

 (online), diakses: tanggal 17 desember 2012.

Ismanthono, Henricus W. 2003.  Kamus Istilah Ekonomi Populer. Jakarta: PT. Kopmas Media Nusantara.

Isnaningsih, Desi Halfiati, dkk. 2010. Analisa Tutupan Lahan Terhadap Rencana Investasi di Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan Pasca Suramadu dengan Citra SPOT-5.

Kuncoro, Mudrajat. 2010. Ekonomika Pembangunan: Masalah, Kebijakan, dan Politik. Jakarta: Erlangga.

Legowo, Poerwaningsih S. 2009. Dampak Keterkaitan infrastruktur Jaringan Jalan Terhadap Pertumbuhan Sektoral Wilayah JABODETABEK. Simposium XII FSTPT, Universitas Kristen Petra Surabaya, 14 November 2009.

Purwantini, Tri Bastuti dan Rivai, Rudi Sunarja. 2008. Dampak Pembangunan Prasarana Transportasi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan : Kasus Kabupaten Bulu Kumba Sulawesi Selatan. Jurnal Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani. Bogor, 19 Nopember 2008.

Sakti, Norida Canda. 2011. Ekonomi Pembangunan. Surabaya: Unesa University Press

Sari, Novian. 2011. Peranan Industri Kecil Sepatu terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan di Kelurahan Miji Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JPE FE UNESA.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiawan, Putu Rudi. 2010. Kajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi.

Sudaryadi. 2007. Dampak Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan Terhadap Output Sektor Produksi Dan Pendapatan Rumah Tangga Jawa Tengah (Simulasi SNSE Jawa Tengah 2004). Tesis tidak diterbitkan. Semarang : Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Sugiharto. 2009. Strategi pembangunan Ekonomi. (http://koran.republika.co.id/koran/24/97672/Strategi_Pembangunan_Ekonomi, diakses 7 Maret 2012).

Sukirno, Sadono. 2010. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Jakarta: Kencana.

Tambunan, Tulus T.H. 2001. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tambunan, Mangara dan Bakce, Djaimi. 2010. Rekonstruksi Strategi Industrialisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya: UNESA University Press

Todaro, Michael. P dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan. Terjemahan oleh: Haris Munandar, Puji A.L. Jakarta: Erlangga.

Tri, Ananada.28 Januari 2012. Sarana Transportasi Suramadu Membawa Pengaruh yang Kuat Khususnya Bagi Masyarakat Madura(online). (www.babejoko.web.id, diakses:  25 Maret 2012).

Wahyudi, Johan. 2008. Upaya Pengembangan Industri Kecil di Sentra Industri Kecil Cor Kuningan Desa Mojotrisno Kecamatan Mojoangung Kabupaten Jombang. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JPE FE UNESA.

Winoto, Joyo  dan  Siregar, Hermanto. Peranan Pembangunan Infrastruktur Dalam Menggerakkan Sektor Riil. Jakarta : Jurnal Ekonomi Indonesia. No.1 Juni 2006.

www.bangakalaninvestment.com, diakses: 13 Desember 2012.

www.bapennas.go.id, diakses: 21 Januari 2013.