Abstrak
Pembangunan
jembatan Suramadu diharapkan dapat menumbuhkan perekonomian di wilayah Madura.
Setelah jembatan Suramadu dioperasikan, belum ada penelitian mengenai
perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan. Sehingga
perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan
sesudah pembangunan jembatan Suramadu yang perlu dianalisis lebih lanjut
sebagai suatu kajian. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui perkembangan industri Kabupaten
Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu. (2) mengetahui
perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan
jembatan Suramadu. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan
pendekatan kuantitatif. Rancangan dalam penelitian mendeksripsikan tentang
perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah
pembangunan jembatan Suramadu. Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan teknis analisis deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perkembangan industri kecil di kabupaten Bangkalan mengalami
peningkatan tiap tahun sebelum pengoperasian jembatan Suramadu, namun menurun
pada tahun pertama setelah pengoperasian jembatan Suramadu. Di tahun berikutnya
industri kecil di Bangkalan kembali mengalami peningkatan. Pendapatan daerah
kabupaten Bangkalan terus mengalami peningkatan, sebelum pengoperasian jembatan
Suramadu maupun setelah pengoperasian Suramadu. Saran bagi pemilik industri
untuk lebih berinovasi dan bekerja sama dengan pedagang dalam memasarkan produk
hasil industrinya. Bagi pemerintah Kabupaten Bangkalan disarankan mengeluarkan
kebijakan yang tepat untuk mendukung masuknya investasi ke Bangkalan.
Infrastruktur
merupakan driving force (tenaga
penggerak) dalam pertumbuhan ekonomi. Perannya dalam mengembangkan sebuah
wilayah tentu tak ada yang meragukannya lagi. Perkembangan kapasitas
infrastruktur di suatu wilayah berjalan seiring dengan perkembangan output ekonomi.
Hal
Ini berarti pembangunan infrastruktur mempunyai peranan yang vital dalam
pemenuhan hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan, yakni hal
yang dapat mempercepat terjadinya pembangunan. Ketersediaan infrastruktur dapat
memberikan pengaruh pada peningkatan akses masyarakat terhadap sumber daya
sehingga meningkatkan akses produktivitas sumber daya yang pada hakikatnya mendorong pertumbuhan
ekonomi.
Hal ini terlihat di wilayah propinsi Jawa
Timur, khususnya untuk daerah Surabaya dan Madura. Surabaya sebagai ibukota
provinsi menjadi kota yang memiliki tingkat kesejahteraan dan pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik karena ditunjang infrastruktur yang baik. Berkebalikan
dengan wilayah Madura yang kesejahteraan dan pertumbuhan ekonominya lebih
rendah. Secara georafis wilayah Madura terpisah dengan wilayah Surabaya
sehingga infrastruktur pun kurang begitu memadai.
Pengertian
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan
Ekonomi merupakan salah satu upaya yang mutlak dilakukan untuk meningkatkan
kemakmuran masyarakat dalam negara yang ditandai dengan adanya peningkatan
pendapat berkapita dalam jangka panjang. Untuk itu diperlukan serangkaian upaya
agar pembangunan tersebut berjalan dengan baik.
Pembangunan
ekonomi tidak sekedar pertumbuhan ekonomi. Pembangunan berarti adanya pertumbuhan
dan perubahan. Dengan demikian terdapat pengertian atau
dimensi yang mendasar serta
lebih luas dalam
proses pembangunan yang merupakan
lanjutan dari pertumbuhan
atau peningkatan satu
perekonomian. Adanya proses pembangunan ekonomi juga dapat ditunjukkan
dari meningkatnya kinerja faktor produksi
dan teknik produksi yang
lebih baik. Juga
dapat ditunjukkan dari
pembangunan kelembagaan serta
perubahan pemikiran dan
nilai kelembagaan (Arsyad, 2010:11).
Pembangunan ekonomi
juga tidak hanya
upaya penggabungan sejumlah
industri, tetapi merupakan
pencapaian sejumlah nilai-nilai
modernitas secara ideal yang
mencakup peningkatan produktivitas, keseimbangan
sosial-ekonomi, penguasaan ilmu
pengetahuan yang lebih modern,
perbaikan kelembagaan dan mental,
serta adanya sistem
koordinasi yang lebih rasional
dalam merumuskan
ukuran-ukuran kebijakan, yang semua
itu merupakan hal-hal yang
harus segera dilembagakan di negara berkembang.
Tujuan
Pembangunan Ekonomi
Proses
pembangunan memiliki tiga tujuan inti yakni dapat meningkatan ketersediaan atau
adanya peningkatan kuantitas barang kebutuhan pokok, serta perluasan distribusi
berbagai barang tersebut, meningkatan standart hidup masyarakat, dan
memperluas pilihan-pilihan ekonomis dan
sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan. Dari pemaparan
tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari tujuan pembangunan ekonomi adalah
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (Todaro dan Smith, 2006 : 28-29).
Teori
Pembangunan Ekonomi
Menurut
Arsyad (2010:54) teori pembanguanan ekonomi dikelompokkan dalam 2 madzhab,
yakni: (1) Madzhab Historis, madzhab Historis melihat pembangunan ekonomi
berdasarkan pengalaman sejarah tentang tahap-tahap perkembangan ekonomi suatu
negara. (2) Madzhab Analitis, yang terdiri dari teori Klasik, teori Neoklasik,
teori Keynesian, dan teori Schumpeter. Tokoh teori klasik diantaranya Adam
Smith dan David Ricardo. Smith membedakan dua aspek utama pertumbuhan ekonomi,
yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Sedangkan menurut
Ricardo merupakan perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju
pertumbuhan output.
Strategi
Pembangunan Ekonomi
Strategi
pembangunan ekonomi dibedakan menjadi 2 macam, yakni strategi pembangunan
seimbang dan tidak seimbang. Pembangunan seimbang dapat diartikan sebagai
pembangunan berbagai jenis industri secara berbarengan sehingga industri
tersebut saling menciptakan pasar bagi yang lain. Selain itu, pembangunan
seimbang juga dapat diartikan sebagai pembangunan di berbagai sektor (Arsyad,
2010:129).
Tujuan
dari strategi ini adalah menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi
hambatan-hambatan dalam memperoleh faktor produksi. Faktor produksi yang
dimaksud adalah bahan baku, tenaga ahli, sumber daya energi dn
fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil-hasil produksi ke pasar. Tujuan yang
lain adalah untuk memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan akan
diproduksi. Dapat juga diartikan, tujuan pembangunan seimbang adalah untuk
mengatur program investasi sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan
timbul masalah yang bersumber dari penawaran dan permintaan (Sukirno,
2010:274).
Kontribusi
Sektor Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan
infrastruktur merupakan salah satu komponen penting yang akan menentukan
keberhasilan pembangunan suatu bangsa.
Perananya sebagai penggerak sektor perekonomian akan mampu menjadi pendorong
berkembangnya sektor-sektor terkait sebagai multiplier dan pada akhirnya akan
menciptakan lapangan usaha baru dan memberikan output hasil produksi sebagai
input untuk konsumsi. Di samping itu, selain berperan sebagai pendorong
berkembangnya sektor-sektor perekonomian, sektor infrastruktur pun memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap
PDB, walaupun jika dibandingkan dengan sektor pertanian, industri tanpa migas,
dan perdagangan, hotel, dan restoran (Bapennas,
2008).
Inftrastruktur
memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Peranan dalam jangka
pendek yakni menciptakan lapangan kerja sektor konstruksi, jangka menengah dan
panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor
terkait. Infrastruktur menjadi jawaban dari kebutuhan negara-negara yang ingin
mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan membantu penanggulangan kemiskinan,
meningkatkan kualitas hidup, mendukung tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan
mobilitas barang dan jasa serta merendahkan biaya aktifitas investor dalam dan
luar negeri.
Industri
Pengertian
industri dalam arti luas adalah semua kegiatan manusia memproduksi barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan mentransformasikan faktor-faktor
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih bernilai tinggi (Partomo
dalam Susanti, 2011).
Jenis-jenis
industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, menurut Badan Pusat Statistik (dalam
Sari,2010) terbagi menjadi 4 macam, yakni: (1) industri rumah tangga, (2)
industri kecil, (3) industri sedang atau industri menengah, (4) industri besar.
Sedangakan, Departemen Perindustrian (dalam Susanti,2011) mengelompokkan
industri menjadi tiga kelompok besar, yakni: (1) industri dasar, (2) industri
kecil, dan (3) industri hilir. Peran industri dalam perekonomian adalah
merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan kegiatan
mandiri yang hanya sekedar berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisik (Arsyad,
2010 : 442).
Industri
Kecil
Industri
kecil adalah merupakan perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi barang
siap konsumsi melalui proses produksi tertentu dengan memberdayakan pekerja
dalam jumlah kecil (1-4 orang) dan teknologi dan sederhana. Menurut Soemarni
dan Sorprianto dalam Sari (2010), industri kecil memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: (1) usaha atau industri pada umumya dikelola atau dipimpin oleh pemiliknya
sendiri, (2) struktur organisasinya sederhana dan masih banyak perangkapan
tugas pada seseorang, (3) prosentase kegagalan relative tinggi.
Industri
kecil memiliki peranan tersendiri bagi perekonomian Indonesia. Krisis yang
terjadi tahun 1997 telah mengakibatkan kedudukan / posisi pelaku sektor ekonomi
berubah sedangkan industri-industri besar bahkan perbankan terpuruk. Namun,
berbeda dengan industri kecil yang tetap bertahan, bahkan cenderung bertambah.
Saat kriris global terjadi industri kecil hadir sebagai solusi dari sistem
perekonomian yang sehat, yang sama sekali tidak terkena dampak krisis yang
malanda dunia tersebut. Industri kecil jelas dapat diperhitungkan dalam
meningkatkan kekompetitifan pasar dan stabilisasi sistem ekonomi yang ada
(Arsyad, 2010:443).
Pendapatan
Regional
Pendapatan
regional didefinisikan sebagai tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada
wilayah analisis (Tarigan, 2005:13). Beberapa konsep dan definisi yang biasa
digunakan untuk menggambarkan pendapatan regional (Tarigan, 2005), diantaranya
adalah: (1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar, yakni
jumlah nilai tambah bruto (gross value
added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam
jangka waktu tertentu, (2) Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar
Harga Pasar, adalah pengurangan PDRB atas dasar harga pasar dengan penyusutan
(3) Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor, PDRN atas
dasar biaya faktor diperoleh dengan mengurangkan PDRN atas dasar harga pasar
dengan pajak tak langsung neto. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan,
bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak
perseroan. (4) Pendapatan Regional atas Dasar Harga Berlaku adalah pendapatan
regional yang di dalamnya masih terkandung unsur inflasi, sedangkan pendapatan regional yang telah dihilangkan
unsure inflasinya merupakan pendapatan regional atas dasar harga konstan.
Perkembangan Industri Kecil di kabupaten
Bangkalan
Tabel 1.1
Data Jumlah
Industri Kecil, Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Produksinya serta Jumlah
Pendapatan Daerah
Tahun
|
Jumlah Perusahaan
|
Jumlah Tenaga Kerja
|
Nilai produksi
(Rupiah)
|
2002
|
395
|
2779
|
147.622.022,00
|
2003
|
336
|
3072
|
228.309.744,00
|
2004
|
388
|
3303
|
232.590.211,90
|
2005
|
419
|
3505
|
236.649.711,90
|
2006
|
435
|
3620
|
267.044.194,90
|
2007
|
458
|
3735
|
282.544.194,90
|
2008
|
458
|
3784
|
1.637.000.000,00
|
2009
|
228
|
1770
|
1.389.427.388,00
|
2010
|
235
|
1847
|
1.106.272.617,00
|
Sumber
: Buku Bangkalan dalam Angka
Dari tabel di atas dapat dilihat perkembangan
industri kecil sebagai penggambaran perkembangan industri secara keseluruhan di
kabupaten Bangkalan. Perkembangan industri
kabupaten Bangkalan mengalami naik turun dari tahun 2002 hingga 2010
atau sebelum pengoperasian jembatan Suramadu dan setelah pengoperasian jembatan
Suramadu, baik jumlah perusahaan, jumlah pekerja yang bekerja di perusahaan
maupun nilai produksinya.
Bagaimanakah perkembangan industri kabupaten Bangkalan
sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu?
Perkembangan
industri kabupaten Bangkalan yang digambarkan melalui perkembangan industri
kecil kabupaten Bangkalan dengan tiga indikator yaitu jumlah perusahaan
industri kecil, jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil
dan nilai produksi industri kecil.
Data dalam penelitian menunjukkan
perkembangan jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerjanya juga
nilai produksinya dari tahun 2002 sampai dengan 2008 (sebelum pengoperasian
jembatan Suramadu) meningkat tiap tahunnya dan tahun 2009 sampai 2011 (setelah
pengopersian jembatan Suramadu) cenderung menurun.
Jumlah
perusahaan industri kecil meningkat tiap tahun selama 2004 hingga 2007.
Tercatat adanya peningkatan sebesar 15 persen ditahun 2004, kembali meningkat
sebesar 7 persen di tahun 2005. Begitu pula pada tahun 2006 tercatat adanya
peningkatan walau persentasenya tidak sebesar tahun sebelumnya yakni sebesar 4
persen dan naik sebesar 5 persen ditahun
2007. Pada tahun 2008 tidak terjadi perubahan, yakni jumlah perusahaan industri
kecil sebanyak 458 sama seperti tahun 2007. Setelah pengoperasian jembatan
Suramadu di tahun 2009 jumlah perusahaan industri kecil menurun sebanyak lebih
dari 50 persen menjadi hanya 228 unit perusahaan. Namun di tahun berikutnya terdapat sedikit
peningkatan bila dibanding tahun 2009 yakni naik sebanyak 7 unit perusahaan di
tahun 2010.
Hal
ini tidak sejalan dengan teori Harod Domar yang menyebutkan bahwa semakin besar
investasi, maka perekonomian akan lebih cepat tumbuh. Pertumbuhan industri
Bangkalan turun pada tahun pertama
pembangunan jembatan Suramadu bila dilihat dari indikator jumlah perusahaan
industri dan jumlah pekerja yang bekerja di perusahaan industri, namun kemudian
meningkat pada tahun berikutnya. Tetapi peningkatan yang terjadi tidak cukup
besar, jumlah perusahaan industri kecil bertambah 7 unit dan jumlah pekerja
yang bekerja di perusahaan industri bertambah sebesar 123 orang.
Hampir
serupa dengan perkembangan jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga
kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil di kabupaten Bangkalan
mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga 2008, walaupun persentase
perkembangannya terus turun dari tahun ke tahun. Pada 2003 terjadi perkembangan
sebesar 10 persen, 7 persen ditahun 2004, 6 persen ditahun berikutnya. Pada
2006 dan 2007 terjadi peningkatan sebesar 3 persen dan 1 persen ditahun 2008.
Namun kemudian menurun lebih dari 50 persen
ditahun 2009 dari 3784 tenaga kerja menjadi hanya 1770 orang saja. Pada
tahun-tahun berikutnya terus membaik, tercatat ada peningkatan lebih dari 100
orang tenaga kerja atau naik sekitar 4 persen ditahun 2010.
Hal
ini menunjukkan bahwa perkembangan jumlah tenaga kerja yang bekerja di
perusahaan industri kecil tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan nilai
produksinya. Nilai produksi industri kecil terus mengalami peningkatan dari
tahun 2003 hingga 2007 walaupun dengan persentase naik turun. Pada 2003 terjadi
peningkatan yang signifikan yakni lebih dari 50 persen menjadi Rp.
228.309.744,00 dibandingkan tahun 2002 yang hanya sebesar Rp. 147.622.022,00.
Pada tahun berikutnya meningkat sebesar sekitar 2 persen yakni sebanyak Rp. 4.280.467,90. Terjadi peningkatan kembali sekitar 2
persen di tahun 2005 sebesar Rp. 4.059.500,00. Terus terjadi peningkatan di tahun-tahun
berikutnya sebesar Rp. 30.394.483,00 di tahun 2006, Rp. 15.500.000,00 di tahun
2007, namun mengalami stagnan pada 2008.
Kemudian
setelah pengopersian jembatan Suramadu ( tahun 2009 ) terjadi peningkatan tajam
yakni sebesar Rp. 1.106.883.193,10, atau lebih hamper 400 persen. Pada tahun selanjutnya terjadi penurunan
nilai produksi industri kecil sebesar 20 persen menjadi Rp. 1.106.272.617,00.
Berbeda hasil penelitian Sudaryadi yang menyebutkan bahwa pembangunan
infrastuktur memberikan dampak bagi peningkatan output yang relatif lebih besar
bagi sektor produksi pertambangan, industri pengolahan kecuali makanan,
listrik, gas dan air minum serta pertanian tanaman pangan, peternakan,
perikanan, industri makanan.
Bagaimanakah
perkembangan pendapatan daerah kabupaten
Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu?
Dari
data pendapatan daerah kabupaten Bangkalan terlihat bahwa pendapatan daerah
kabupaten Bangkalan. Terbukti PDRB Bangkalan terus merangkak naik dari tahun ke
tahun, sebelum maupun sesudah pengoperasian jembatan Suramadu dan
peningkatannya pun hampir sama sekitar 5 persen tiap tahunnya.
Pada
tahun 2003 meningkat menjadi 2,1 trilyun rupiah dari tahun sebelumnya yang
hanya 2 trilyun rupiah. Pada 2004 terjadi peningkatan yang cukup signifikan
yakni sebesar 18 persen menjadi 2,5 trilyun rupiah. Dan terus saja meningkat
sebesar 5 persen sepanjang tahun 2005 sampai 2011 atau sebesar 122 milyar
rupiah hingga 177 milyar rupiah di tahun 2010.
Hal ini berarti Bangkalan telah mengalami gejala
terjadinya peningkatan Produk
Nasional Bruto (PNB)
dan atau peningkatan
Produk Domestik Bruto
(PDB). Pembangunan ekonomi
juga ditunjukkan dengan
adanya perubahan dari struktur
kegiatan produksi serta
tenaga kerja yang bergerak di sektor
pertanian ke sektor industri manufaktur dan jasa sebelum jembatan
Suramadu dioperasikan sesuai dengan teori yang dikemukakann oleh Todaro dan
Smith.
Sektor
pertanian tetap menjadi lapangan usaha utama yang menyumbang nilai terbesar
bagi PDRB kabupaten Bangkalan. Walaupun struktur perekonomian sedikit demi
sedikit mulai bergeser ke sektor sekunder bahkan tersier. Perubahan yang
terjadi terus-menerus dalam peningkatan PDRB suatu kabupaten berarti
pembangunan ekonomi Bangkalan mulai tercapai. Dan pembangunan ekonomi yang dikemukakan Todaro dan Smith
yakni pembangunan ekonomi yang
ditunjukkan dengan adanya
perubahan dari struktur kegiatan
produksi serta tenaga kerja yang bergerak di sektor pertanian ke sektor industri manufaktur dan
jasa sudah terlihat di kabupaten Bangkalan.
Kesimpulan
Berdasarkan
tujuan penelitian dan rumusan masalah penelitian ini menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut : (1) Perkembangan industri kecil di kabupaten Bangkalan secara
umum mengalami peningkatan tiap tahun sebelum pengoperasian jembatan Suramadu
dengan indikator jumlah perusahaan industri, jumlah tenaga kerja dan jumlah
nilai produksi industri kecil di kabupaten Bangkalan. Namun menurun drastis
sekitar 50 % pada tahun pengopersian jembatan Suramadu, baik jumlah perusahaan
industri kecil, jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil
maupun jumlah nilai produksi perusahaan industri kecil. Ditahun-tahun
berikutnya, pasca pengoperasian jembatan Suramadu industri kecil di Bangkalan
kembali mengalami peningkatan sebesar 3 sampai 4 persen. (2) Pendapatan daerah
kabupaten Bangkalan tidak banyak mendapatkan pengaruh dari pembangunan jembatan
Suramadu. PDRB Bangkalan terus mengalami peningkatan sebelum pengoperasian
jembatan Suramadu (tahun 2002-2008) maupun setelah pengoperasian Suramadu
(tahun 2009-2010). Persentase peningkatannya pun tidak jauh berbeda yakni
sekitar 5 persen tiap tahunnya atau rata-rata sebesar 145 milyar rupiah.
Saran
Sehubungan
dengan permasalahan yang dikemukakan pada bab sebelumnya serta kesimpulan yang
didapat dari hasil analisis, maka ada beberapa hal yang bisa disarankan: (1) Disarankan bagi para pemilik industri di
Bangkalan untuk lebih berinovasi dan bekerja sama dengan pedagang-pedangang
yang berada di wilayah strategis di Bangkalan dalam memasarkan produk hasil
industrinya agar para pedagang tersebut tidak lagi mengambil hasil produksi
dari wilayah lain. Sehingga industri Bangkalan bisa berkembang lebih cepat. (2)
Bagi pemerintah kabupaten Bangkalan disarankan mengeluarkan kebijakan yang
tepat untuk mendukung masuknya investasi ke Bangkalan agar kontribusi semua
sektor dalam PDRB bisa meningkat, terutama sektor-sektor yang menjadi besis
perekonomian Bangkalan.
Daftar Pustaka
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Aneka Cipta.
Arsyad,
Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan:
Edisi 5. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Badan
Pusat Statistik. 2006. Bangkalan dalam
Angka 2005. Bangkalan: BPS.
Badan
Pusat Statistik. 2009. Bangkalan dalam
Angka 2008. Bangkalan: BPS.
Badan
Pusat Statistik. 2011. Bangkalan dalam
Angka 2010. Bangkalan: BPS.
Bapennas. 2008. Infrastruktur dan Pembangunan Daerah:
Membantu Pengurangan Kemiskinan.
Jakarta. (Online). (www.bapennas.go.id, diakses: 9 April 2012).
Bintoro,
Dediarto. 3 Juni 2010. Evaluasi Dampak
Pasca Pembangunan Suramadu (Online). (VisitSuramadu.wordpress.com, diakses:
25 Maret 2012).
Direktorat
Riset dan Pengabdian Masyarakat. 2007. Kajian
Aspek Kemasyarakatan di dalam Pengembangan Infrastruktur di Indonesia. Depok
: Universitas Indonesia.
Hamid,
Abdul. Isu Pembangunan Infrastruktur.
(Online). (abdulhamid.file.wordpress.com, diakses: 21januari 2013)
(online),
diakses: tanggal 17 desember 2012.
Ismanthono,
Henricus W. 2003. Kamus Istilah Ekonomi Populer. Jakarta: PT. Kopmas Media Nusantara.
Isnaningsih,
Desi Halfiati, dkk. 2010. Analisa Tutupan Lahan Terhadap Rencana Investasi di
Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan Pasca Suramadu dengan Citra SPOT-5.
Kuncoro,
Mudrajat. 2010. Ekonomika Pembangunan:
Masalah, Kebijakan, dan Politik. Jakarta: Erlangga.
Legowo,
Poerwaningsih S. 2009. Dampak Keterkaitan
infrastruktur Jaringan Jalan Terhadap Pertumbuhan Sektoral Wilayah JABODETABEK.
Simposium
XII FSTPT, Universitas Kristen Petra Surabaya, 14 November 2009.
Purwantini,
Tri Bastuti dan Rivai, Rudi Sunarja. 2008. Dampak
Pembangunan Prasarana Transportasi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan :
Kasus Kabupaten Bulu Kumba Sulawesi Selatan. Jurnal Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN:
Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani. Bogor, 19 Nopember 2008.
Sakti,
Norida Canda. 2011. Ekonomi Pembangunan.
Surabaya: Unesa University Press
Sari,
Novian. 2011. Peranan Industri Kecil
Sepatu terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan di Kelurahan
Miji Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto. Skripsi tidak diterbitkan.
Surabaya : JPE FE UNESA.
Sarwono,
Jonathan. 2006. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiawan,
Putu Rudi. 2010. Kajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi.
Sudaryadi.
2007. Dampak Pembangunan Jalan Jalur
Lintas Selatan Terhadap Output Sektor Produksi Dan Pendapatan Rumah Tangga Jawa
Tengah (Simulasi SNSE Jawa Tengah 2004). Tesis tidak diterbitkan. Semarang : Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro.
Sukirno,
Sadono. 2010. Ekonomi Pembangunan:
Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Jakarta: Kencana.
Tambunan,
Tulus T.H. 2001. Industrialisasi di
Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tambunan,
Mangara dan Bakce, Djaimi. 2010. Rekonstruksi
Strategi Industrialisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Tarigan,
Robinson. 2005. Ekonomi Regional : Teori
dan Aplikasi Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara.
Tim
Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi. 2006. Panduan
Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya: UNESA University Press
Todaro,
Michael. P dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan
Ekonomi Edisi Kesembilan. Terjemahan oleh: Haris Munandar, Puji A.L.
Jakarta: Erlangga.
Tri,
Ananada.28 Januari 2012. Sarana
Transportasi Suramadu Membawa Pengaruh yang Kuat Khususnya Bagi Masyarakat
Madura(online). (www.babejoko.web.id, diakses: 25 Maret 2012).
Wahyudi,
Johan. 2008. Upaya Pengembangan Industri
Kecil di Sentra Industri Kecil Cor Kuningan Desa Mojotrisno Kecamatan
Mojoangung Kabupaten Jombang. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JPE FE
UNESA.
Winoto,
Joyo dan
Siregar, Hermanto. Peranan
Pembangunan Infrastruktur Dalam Menggerakkan Sektor Riil. Jakarta : Jurnal
Ekonomi Indonesia. No.1 Juni 2006.